100 Contoh Majas Metafora dalam Kalimat Beserta Artinya
Ada banyak jenis majas atau gaya bahasa dalam Bahasa indonesia. Awalnya majas biasa digunakan dalam bahasa sastra. Namun dalam perkembangannya majas telah menjadi bagian dari budaya berbahasa sehari-hari. Salah satu majas yang populer digunakan dalam bahasa Indoanesia adalah majas metafora.
Pengertian Majas Metafora
Gaya bahasa Metafora atau majas metafora adalah suatu ungkapan untuk menggambarkan situasi dengan menggunakan kata-kata yang bukan memiliki arti sebenarnya tetapi memiliki kemiripan sifat atau pengertian.
Ciri-Ciri Majas Metafora
Ciri-ciri majas metafora atau gaya bahasa metafora adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan kata atau frase bukan arti sebenarnya
2. Menggunakan perbandingan langsung, tanpa kata pembanding seperti, laksana, mirip, dsb
3. Tidak menggunakan kata hubung (konjungsi)
Untuk mengatakan sikap seseorang yang tidak berbuat apa-apa, kita katakan orang itu “berpangku tangan”. Arti sebenarnya “berpangku tangan” adalah posisi tangan kanan memegang lengan kiri dan tangan kiri memegang lengan kanan. Saat dalam posisi berpangku tangan, seseorang tidak melakukan apa-apa, posisi ini biasanya saat santai, melamun, atau memperhatikan sesuatu. Oleh karena itu orang yang tidak berbuat sesuatu disamakan dengan orang yang yang sedang berpangku tangan.
Untuk mengatakan sikap seseorang yang membantu orang lain, kita katakan orang itu “mengulurkan tangan”. Arti sebenarnya “mengulurkan tangan” adalah posisi tangan diarahkan ke seseorang. Tujuan mengarahkan tangan kepada orang lain adalah untuk membantu orang lain berdiri atau membantu agar orang lain tidak jatuh karena suatu kondisi. Oleh karena itu orang yang membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan disamakan dengan orang yang yang sedang mengulurkan tangannya kepada orang tersebut.
Contoh Majas Metafora
Berikut contoh-contoh kalimat yang menggunakan gaya bahasa metafora.
1. Dia dikenal sebagai kutu buku di kelas kami. (kutu buku = gemar membaca)
2. Menjadi anak yatim adalah ujian berat bagi saya. (ujian = cobaan)
3. Rumahnya habis dilalap si jago merah. (si jago merah = api)
4. Dia itu kepala batu, susah menasehatinya. (kepala batu = susah dinasehati)
5. Cinta ibu kepada buah hatinya tak pernah berhenti. (buah hati = anak)
6. Akhirnya dia menikah dengan pujaan hatinya. (pujaan hati = kekasih)
7. Dia keras kepala, tidak mempan dilarang. (keras kepala = teguh pendirian)
8. Dia berasal dari kota gudeg (kota gudeg = Yogyakarta)
9. Ani baru saja pulang dari negeri sakura. (negeri sakura = negara Jepang)
10. Ibuku benar-benar menjadi pelita dalam hidupku. (pelita = yang menerangi)
11. Mana mungkin dia lupa dengan darah dagingnya sendiri. (darah daging = anak kandung)
12. Sejak dipecat dari pekerjaannya, dia suka minum-minum. (minum-minum = mabuk-mabukan)
13. Ayah Adi bekerja sebagai pemburu berita. (pemburu berita = wartawan)
14. Sejak Ayahnya meninggal, dialah yang menjadi tulang punggung keluarganya. (tulang punggung = adalan)
15. Perseteruan itu berakhir di meja hijau. (meja hijau = pengadilan)
16. Ayah Amir bekerja di perusahaan pelat merah. (pelat merah = pemerintah)
17. Sekdes adalah tangan kanan Kepala Desa. (tangan kanan = orang yang sangat diandalkan)
18. Sebaiknya kita berhati-hati menyebarkan berita yang bersumber dari kabar angin. (kabar angin = berita yang belum jelas kebenarannya)
19. Sejak terkena penyakit paru-paru, Pakde berhenti menjadi ahli hisap. (ahli hisap = perokok)
20. Kalau mau bekerja sebagai salesman, harus mau tebal muka. (tebal muka = tidak malu)
21. Kakeknya berasal dari negeri kincir angin. (negeri kincir angin = negara Belanda)
22. Saya mau membeli sepatu kulit tapi yang harganya bersahabat dengan saku. (bersahabat dengan saku = tidak terlalu mahal)
23. Kalau emosinya sudah surut, kita coba menasehati dia lagi. (surut = berkurang)
24. Dia itu penyanyi yang sedang naik daun. (naik daun = meningkat popularitasnya)
25. Karena tidak mampu bersaing, usahanya gulung tikar. (gulung tikar = bangkrut)
26. Meskipun kami berdua sedarah, karakter kami jauh berbeda. (sedarah = bersaudara kandung)
27. Dia disegani karena sikapnya yang rendah hati. (rendah hati = tidak sombong)
28. Gogon tidak disukai karena orangnya tinggi hati. (tinggi hati = sombong)
29. Anto orang yang mudah naik darah. (naik darah = marah)
30. Om Joni terpaksa menuntun sepeda motornya ke bengkel karena sedang rewel (rewel = mogok)
31. Saya memulai usaha dengan modal dengkul. (modal dengkul = modal seadanya)
32. Dia berasal dari tanah rencong. (tanah rencong = propinsi Aceh)
33. Ayahnya masih keturunan darah biru. (darah biru = bangsawan)
34. Dalam urusan makan, Antok dan Bimbim sebelas dua belas (sebelas dua belas = tidak jauh berbeda).
35. Saya yakin bukan Rudy pelakunya, setahu saya dia orangnya lurus (lurus = baik perangainya)
36. Dompet saya lagi kering (kering = kosong)
37. Meskipun hidupnya kekurangan, namun dia sering bersedekah. (kekurangan = miskin)
38. Persaudaraan mereka retak gara-gara warisan. (retak = tidak rukun)
39. Menurut kacamata saya, Pak Dodi layak diusulkan jadi ketua. (kacamata = pendapat)
40. Sepertinya dia sedang mencoba cuci tangan dari kasus penyelewengan dana tersebut. (cuci tangan = mengelak dari keterlibatan dalam suatu masalah).
41. Aku harus berbicara empat mata dengan dia. (empat mata = berdua saja)
42. Mari duduk satu meja untuk mencari solusi atas permasalahan ini. (duduk satu meja = berembuk)
43. Isu korupsi tidak pernah basi. (basi = tidak aktual)
44. Prestasi tim nasional sedang bersinar. (bersinar = semakin baik)
45. Popularitas bintang film itu sudah mulai pudar. (pudar = berkurang)
46. Jangan ada sekat antara yunior dengan senior di tim ini. (sekat = penghalang/pemisah).
47. Kalau urusan berpantun, dia itu rajanya. (raja = jago/ahli)
48. Raja Firaun dikenal bertangan besi (tangan besi = keras dan tegas)
49. Tangan saya sudah gatal ingin pegang raket tenis lagi (gatal = tidak sabar)
50. Tim Thomas Cup Indonesia berada di atas angin karena unggul 2-0 dari tim Thailand (di atas angin = posisi lebih baik)
51. Suaraku hilang setelah berteriak-teriak di stadion tadi. (hilang = berkurang volumenya)
52. Anita menjadi buah bibir di desa kami setelah menikah dengan artis ibukota. (buah bibir = pembicaraan orang banyak)
53. Dialah jantung hatiku. (jantung hati = yang dicintai)
54. Nenek itu hidup sebatang kara. (sebatang kara = sendirian dalam kesusahan)
55. Kita harus adil, jangat bersikap berat sebelah. (berat sebelah = memihak/tidak adil)
56. Saya buta tentang kekuatan lawan. (buta = tidak tahu sama sekali)
57. Kakekku tutup usia karena serangan jantung (tutup usia = wafat)
58. Jangan bersikap tutup mata terhadap masalah sosial di sekitar kita. (tutup mata = tidak peduli)
59. Saat ditanya wartawan, dia tutup mulut. (tutup mulut = tidak mau berkomentar)
60. Kita harus berlapang dada menerima kenyataan ini. (lapang dada = menerima suatu keadaan)
61. Kita harus menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan. (gugur = meninggal dalam perang)
62. Bisnis gadget tidak pernah lesu. (lesu = berkurang)
63. Pak Slamet mundur dari pencalonan kepala desa karena alasan kesehatan. (mundur = tidak jadi melakukan sesuatu)
64. Bisnis online sedang booming. (booming = berkembang sangat pesat)
65. Kebutuhan primer terdiri dari sandang, pangan dan papan. (papan = rumah)
66. Kita harus adil dalam menilai orang lain, jangan hanya menilai sisi negatif mereka. (sisi negatif = keburukan)
67. Kita harus netral saat menjadi wasit pertandingan. (netral = adil)
68. Kita jangan alergi terhadap perubahan. (alergi = menolak)
69. Jangan mudah silau dengan harta. (silau = tergoda).
70. Jangan mudah tergiur investasi dengan bunga tinggi. (tergiur = tergoda)
Contoh Majas Metafora Menggunakan Kata Kerja
71. Sejak dipoles pelatih baru, tim nasional sepakbola semakin bagus. (dipoles = ditangani)
72. Kita jangan mengedepankan emosi saat berdiskusi. (mengedepankan = mengutamakan)
73. Isu korupsi selalu mengemuka saat Pemilu tiba. (mengemuka = menjadi topik utama)
74. Saya dari pagi belum mengisi perut. (mengisi perut = makan).
75. Pemain badminton tunggal putra Indonesia berhasil merebut set pertama dengan skor 21-16. (merebut = memenangkan).
76. Di masa perjuangan kemerdekaan banyak pelajar yang turut memanggul senjata. (memanggul senjata = berperang)
77. Kita tidak boleh berpangku tangan melihat saudara-saudara kita yang menjadi korban banjir. (berpangku tangan = tidak melakukan apa-apa)
78. Karirnya sedang menanjak. (menanjak = semakin tinggi)
79. Harga saham perusahaan itu sedang terjun bebas. (terjun bebas = menurun nilainya dengan cepat)
80. Jangan mau dikadali sama dia. (dikadali = ditipu)
81. Ayah sudah dua tahun memangku jabatan sebagai ketua RT. (memangku = menjabat)
82. Ia menjadi sarjana setelah empat tahun lamanya bergelut dengan buku-buku kuliah. (bergelut = berurusan secara terus menerus)
83. Sebagai pengusaha besar, Pak Andri biasa terbang ke luar negeri. (terbang = bepergian naik pesawat)
84. Setiap Minggu pagi dia selalu cari keringat dengan sepedanya. (cari keringat = olahraga)
85. Saya harus memutar otak mengatasi kendala kurangnya dana (memutar otak = mencari cara)
86. Kalau mau kaya, harus mau peras keringat. (peras keringat = bekerja keras)
87. Sulit aku lukiskan bagaimana kesedihan ibu saat nenek wafat. (lukiskan = ceritakan)
88. Paman pindah ke Jakarta dengan niat mengais rezeki di perantauan. (mengais rezeki = mencari penghasilan)
89. Banyak orang berminat menjadi TKI untuk mengadu nasib di negeri orang. (mengadu nasib = mencoba mengubah nasib)
90. Meskipun masih muda dia telah mengukir prestasi tingkat dunia. (mengukir = membuat)
91. Waktu aku bertemu dengannya, dia membuang muka. (membuang muka = berpaling)
92. Karena bosan jadi pegawai, dia banting setir membuka usaha sendiri. (banting setir = ganti pekerjaan)
93. Begitu kepergok warga, pencuri itu langsung ambil langkah seribu. (langkah seribu = lari ketakutan)
94. Kita harus mengulurkan tangan kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah. (mengulurkan tangan = membantu)
95. Dia biasa mencari muka kalau bossnya datang. (cari muka = melakukan sesuatu untuk mendapat pujian)
96. Kita harus menyerahkan pencuri itu ke polisi, kita tidak boleh main hakim sendiri. (main hakim sendiri = menghukum dengan kekerasan)
97. Latihan itu menguras tenaga saya. (menguras = menghabiskan)
98. Tiga tahun aku ditempa di akademi itu. (ditempa = dididik)
99. Saya tidak mampu menangani masalah ini. (menangani = menyelesaikan)
100. Untuk memperbaiki diri, kita perlu berkaca pada pengalaman masa lalu. (berkaca = menilai diri sendiri)